Menulis untuk Menjadi Penulis?

Menulis bagiku adalah ungkapan hati atau pikiran yang dikemas secara rapi dengan luapan emosi. Menulis hal yang sepele pun bagiku sudah mewakili isi hati. Bagi sebagian orang tulisan hanya fiktif karena mereka tidak mengerti maksud dari hal yang kita bagi. Menjadi penulis tidak buruk bagiku, semua orang bisa menjadi penulis dengan gayanya masing-masing. Menulis satu kalimat pendek pun, kamu adalah penulis. Mengapa? Karena kamu bisa mengungkapkan pikiranmu ke dalam sebuah tulisan. Namun, apakah emosimu tersampaikan? Belum tentu, bagi sebagian orang hanya membaca dan sekedar tahu, mereka tidak peduli apa tujuanmu. Akan tetapi, menurutku seorang penulis harus bisa lebih menyampaikan emosi daripada hanya sekedar membuat pembaca mengerti. Bagiku sulit. Mengapa? Alasannya karena tidak semua orang bisa merasakan emosinya karena mereka hanya berpikir memiliki kewajiban sekedar membaca. 

Bagiku, menulis itu suatu kebebasan dan menjadi penulis itu sangat bebas. Penulis mengekspresikan hati dan pikiran menjadi kata-kata yang diukir semudah mungkin untuk bisa tersampaikan kepada orang lain. Memainkan kata itu tidak mudah, memadukan kata yang ilmiah menjadi santai, kata yang familiar menjadi enjoy untuk dibaca. Memainkan kata bagi seorang penulis amatir sepertiku sulit karena aku harus mengeksplor banyak bahasa, istilah dan pemilihan kata yang padu. Aku hanya pemula yang masih acak-acakan dalam mengukir kata, tidak seindah penulis ulung atau sastrawan yang sudah terkenal. Menyampaikan emosi pun terkadang aku belum bisa menyampaikan kepada orang lain.

Entah mulai dari kapan aku suka menulis. Mulai dari satu kalimat sederhana, hingga menjadi sebuah sajak, puisi atau cerita. Banyak orang yang tertutup dengan orang lain, dia bagi dengan menulis. Jiwanya merasa tenang saat dia menyampaikannya dalam bait yang padat dan padu. Aku juga merasa tenang saat pikiran dan perasaanku sejalan dan menyampaikannya ke dalam sebuah bait atau paragraf sederhana. Hal itu membuatku mengerti diriku sendiri dan lebih tahu diriku. Entah menulis ini bakatku atau sekedar hobiku, yang jelas aku senang membagikan pikiranku dan perasaanku ke dalam tulisan.

Aku suka bercerita, menceritakan hal yang sangat sederhana, hingga yang benar-benar menggangguku. Aku bercerita ke banyak orang, respon mereka berbeda. Terkadang hal itu membuatku ragu untuk bercerita lagi. Aku menulis di blog, watpadd, atau media sosial lainnya, itu karena banyak hal yang ingin kusampaikan. Aku tidak memaksa respon orang lain terhadap tulisanku, namun terkadang tulisanku memang terkesan sarkastik dan menyindir. Ya, itu salahku. Ketika aku sudah menulis sarkas atau menyindir itu artinya aku sudah diujung emosiku dan tidak bisa kutahan lagi. Terkadang menimbulkan kesalahpahaman, bahkan seringkali. Aku sedang mempelajari hal ini, agar emosiku tidak berlebihan dan tidak menjadikan tulisanku menjadi sarkas, itu berakibat fatal.

Beberapa teman menyarankan untuk melanjutkan hobiku ini, bisa saja suatu saat aku bisa terkenal dengan tulisan-tulisanku. Kurasa hal itu patut dicoba, namun aku masih harus banyak membaca dan mengeksplor bahasa sastra yang menjadi hal penting dalam menulis. Juga, aku harus banyak belajar persoalan emosi yang bisa membawa pembaca merasakan emosiku. Maka kusimpulkan, aku akan terus menulis apapun, sekecil apapun hal yang aku rasakan atau terjadi padaku. Dari situ aku belajar memaknai sebuah memori, sebuah emosi dalam bentuk tulisan.

Mengejar impian memang tidak selalu mudah, lika-likunya membuatmu tidak mudah menyerah. Percayalah, diluar sana masih ada tempat untuk impian yang sederhana. Aku tidak menuntut menjadi penulis ulung, selama hobiku bisa membuatku nyaman, kenapa tidak kucoba? Kalaupun tidak menjadi penulis, aku masih bisa merasa lega dan senang ketika berbagi kisahku menjadi sebuah tulisan dan bisa dinikmati oleh orang lain.

Komentar