Problema: MABA

Sekarang gue bakal nulis yang gak berhubungan dengan percintaan, kegalauan dan lain-lainnya yang berbau kehidupan percintaan banget. Kali ini gue akan berbagi tentang kehidupan perkuliahan, baik itu akademik maupun organisasi.

Ditahun 2015 gue menjajahi dunia perkuliahan di salah satu universitas negeri di Jakarta. Kampus gue terbilang bagus fasilitasnya, Alhamdulillah. Gue sangat bersyukur bisa masuk salah satu universitas negeri yang mungkin kurang peminat, tapi persaingannya juga lumayan ketat. Kampus ini juga bukan kampus impian gue, tapi gue mengukur kemampuan gue dalam memilih universitas dan gue pikir di universitas ini gue bisa mengikuti segala kegiatannya.
Disemester satu gue menjalani dunia perkuliahan, masa transisi dari SMA ke universitas itu cukup membuat gue kualahan. Gue merasa tidak bisa dimanja sama sekali sewaktu awal di universitas. Terlebih, semester satu gue mendapat 24 sks, ini adalah sks maksimal. Setiap hari dikejar deadline, tapi masih ditolerir dengan waktu senggang yang banyak. Gue masuk jam setengah 8 dan pulang mungkin dzuhur, itu paling maksimal. Namanya juga masih kaget dengan kehidupan perkuliahan, akhirnya gue cepet capek, padahal waktu banyak banget. 

Semester awal ini, gue masih jadi kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang). Gue belum tertarik ikut organisasi apapun. Kampus gue terbilang punya organisasi yang banyak, maksudnya golongannya. Namun, golongan ini lebih ke partai. Nah, isu-isunya kampus gue terkenal dengan isu liberalisme, radikalisme, dll. Dulu gue sempet ragu masuk universitas ini atau nggak, tapi gue coba. Disemester awal ini, semua masih berjalan normal, gue berpendapat bahwa gue aman-aman aja kuliah disini, gak sepaham sama yang gue denger diluar tentang isu-isu itu. Lingkungan teman-teman gue pun normal, gak seburuk yang dibilang orang-orang diluar sana. Apa gue yang gak terlalu membuka pikiran gue? Tapi nggak juga, soalnya gue memang merasa baik-baik aja. Persaingan dua partai dari banyak partai di kampus gue memang bener-bener ketat, dua partai ini bersaing mencari anggota untuk masuk ke golongan mereka. Karena gue cupu, jadi gue diem-diem aja sambil ngopi-ngopi cantik sama temen-temen gue. Jujur, gue gak terlalu tertarik ikut organisasi waktu itu. Gue suka kontribusi, tapi tidak organisasi. Jadi, selama di semester awal perkuliahan, gue cukup mengamati lingkungan gue saja. Gue juga mengamati kegiatan apa yang bakal gue ikuti selama diperkuliahan nanti.

Semester satu masih polos-polosnya, kan. Jadi, gue mengikuti salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) teater di kampus gue. Gue daftar pas ada kampung UKM di lapangan kampus gue. Singkat cerita, gue daftar di booth mereka. Waktu daftar itu bayar kisaran Rp40.000 kalau gue gak salah inget sekitar segitu. Setelah itu gak berapa lama, gue dicontact sama mereka untuk technical meeting. Masuklah gue ke UKM itu. Dijelasin deh tuh kegiatan mereka ngapain aja. Tapi gue merasa tidak nyaman dengan UKM ini. UKM ini sedikit bergeser dari citra kampus gue, if you know what I mean. Gue merasa tidak nyaman dan merasa melenceng, akhirnya setelah technical meeting itu gue keluar dengan terhormat, tapi mereka masih hubungi gue via whatsapp dan saat itu juga gue block nomornya. Sempat merasa malu kalau ketemu sama mereka, tapi ini keputusan gue, daripada nantinya gue udah nyemplung kesana, gue akan susah keluar. Gue juga mikir untuk kedepannya, kalau aja gue tetap memaksa diri untuk bergabung sama mereka, mungkin kedepannya gue akan melenceng juga.

Semester dua, masih jet lag dengan kegiatan kuliah dan yang ada di kampus, gue memutuskan untuk menetralkan kegiatan diluar kuliah. Karena semester dua, tugasnya pun sudah lumayan berat untuk gue saat itu. Nah, disitu juga kegiatan Himpunan Mahasiswa lagi open recruitment mencari mahasiswa yang ingin menjadi aktivis, menjadi wadah bagi mahasiswa yang haus akan keorganisasian. Tapi sekali lagi, gue belum tertarik untuk menjelajahi dunia organisasi. Entah, kalian mau nyebut gue ansos, tapi memang iya, itu kenyataannya. Dulu organisasi itu menurut gue ya mengikat, itu dari perspektif gue sih karena gue lebih suka bebas dan gue tipe orang yang pemalu untuk speak out di depan umum. So,  gue tidak tertarik sama sekali dengan organisasi.

Nah, seiring berjalannya waktu pikiran gue mulai terbuka di semester 3. Gue merasa kayaknya gak afdhol kalo kegiatan gue cuma kuliah dan nongki-nongki doang sama temen-temen semasa kuliah. Gak ada pengalamannya dong yaa... Akhirnya gue mencoba untuk mengikuti kegiatan lain diluar kuliah. Mau tau? Tunggu di part selanjutnya!!

Komentar